Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pejuang Pendidikan Nasional Yang Wajib Diketahui

apologiku - Perkembangan dunia pendidikan Indonesia kala ini tak lepas dari perjuangan para tokoh pendidikan dari masa kemasa. Mulai dari masa penjajahan hingga sampai saat ini, perkembangan pendidikan di Indonesia merupakan hasil dari pemikiran para pendahulu negeri.

Dahulu kala, para pejuang pendidikan tidak hanya semata mengajar, namun mereka juga mengerahkan semua apa yang dia miliki demi kemajuan pendidikan anak bangsa agar bisa bersaing dengan para pemuda yang ada di dunia.

Pada artikel kali ini kita akan bersama-sama mengenal siapa-siapa saja pejuang pendidikan di Indonesia. Dengan mengenal mereka maka tentunya ada pelajaran yang dapat dipetik dari perjuangan dan pemikiran mereka dalam memajukan pendidikan nasional.

#1. K.H. Ahmad Dahlan
Muhammad Darwis atau yang lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang cendikiawan muslim sekaligus pendiri salah satu organisasi islam terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah. Ahmad Dahlan adalah nama yang ia dapatkan setelah belajar agama islam di tanah suci mekah. Dalam perjalanan kehidupannya ia dikenal sebagai seorang yang memiliki kepribadian tegas dalam hal agama dan keyakinan.
K.H. Ahmad Dahlan yang lahir di Kauman Yogyakarta, 1 Agustus 1868 ini adalah putra keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar yang merupakan seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu. Sedangkan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.

Ahmad Dahlan mulai belajar memperdalam agama Islam Pada umur 15 tahun. Ia berhaji dan tinggal di Mekah selama lima tahun, tepatnya tahun 1888 ia baru kembali pulang ke kampung halamannya. Kemudian pada tahun 1903, ia kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Sehingga Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.

Kepedulian KH. Ahmad Dahlan akan pendidikan dimulai kala ia mengajar di langgar kidul tempat ia mengajarkan ilmu agama kepada para anak-anak di kauman. Tidak hanya itu beliau juga bergabung dengan organisasi Budi Oetomo untuk belajar bagaimana mengembangkan pendidikan anak negeri.

Setelah merasa cukup ilmu dalam bidang organisasi ia kemudian membentuk Muhammadiyah sebagai gagasan pembaharuan yang bergerak di berbagai bidang dengan tujuan utama adalah dakwah islam. Melalui Muhammadiyah ini pula pembangunan bidang pendidikan terus dikembangkan sampai sekarang. Hal tersebut di tandai dengan banyaknya satuan pendidikan yang didirikan mulai dari PAUD, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, Sekolah Tinggi dan bahkan Universitas.

Perjuangan organisasi Muhammadiyah dalam mengembangkan pendidikan Nasional adalah merupakan manifestasi dari apa gagasan K.H. Ahmad Dahlan terhadap pendidikan anak bangsa.

#2. Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Bapak pendidikan nasional ini lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889 dan Wafat pada 26 April 1959.
Beliau adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi rakyat jelata adat untuk dapat memperoleh hak atas pendidikan serta aristokrasi dan Belanda.

Tanggal lahir sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari penciptaan slogan, tut wuri handayani, menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai salah satu nama dari kapal perang Indonesia KRI Ki Hajar Dewantara. Gambar dirinya diabadikan pada tagihan 20.000 dolar tahun 1998 emisi.

Ki Hadjar Dewantara ada pencetus konsep pendidikan yang diberi nama tripusat pendidikan. Selain itu, beliau juga memiliki semboyan dalam sistem pendidikan yang dikenal hingga kini dan menjadi pilar pendidikan nasional. Semboyan pendidikan Ki Hadjar Dewantara berbunyi :
  1. Ing ngarso sung tulodo (Di depan memberi contoh)
  2. Ing madyo mangun karso (Di tengah memberi semangat)
  3. Tut wuri handayani (Di belakang memberi dorongan)
#3. RA. Kartini
Raden Ajeng Kartini seorang pejuang pendidikan yang juga dikenal sebagai pejuang emansipasi wanita. Ia adalah wanita terdidik yang lahir di Jepara pada 21 April 1879 dan wafat pad 17 September 1904. 
Instagram @filsafathidup
Kartini yang merupakan bupati Jepara kala itu menjadi bupati pertama yang memberikan pendidikan barat kepada anak-anaknya. Kartini belajar bahasa Belanda hingga berusia 12 tahun saat bersekolah di Europese Lagere School (ELS).

Kepandaiannya dalam belajar termasuk berbahasa Belanda membuat ia mulai belajar menulis surat kepada teman-temanny dari Belanda. Surat-surat Kartini itu berisi seputar pemikiran beliau tentang wanita Indonesia dan gerakan pembaharuan agar bahwa wanita juga butuh pendidikan. Beliau dikenal sangat pandai dan memiliki pengetahuan yang luas tentang ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Setelah Kartini wafat, Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia-Belanda yaitu Mr. J. H. Abendanon mengumpulkan surat-surat yang dikirimkan Kartini kepada teman-temannya di Eropa. Setelah dikumpulkan, surat-surat ini kemudian dibukukan dengan judul Door Duisternis tot Licht yang berarti Habis Gelap Terbitlah Terang.

Dengan terbitnya surat – surat Kartini ini menarik perhatian masyarakat Belanda. Pemikiran Kartini merubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan Jawa. Tidak hanya itu, beliau juga menjadi inspirasi bagi tokoh kebangkitan nasional Indonesia. hingga dibuatkannya lagu Ibu Kita Kartini oleh W.R Soepratman.

Pada tanggal 2 Mei 1964, Presiden Soekarno mengeluarkan keputusan yang berisi penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Juga menetapkan tanggal 21 April menjadi Hari Kartini.

#4. Dewi Sartika
Dewi Sartika merupakan pejuang pendidikan Indonesia yang memiliki misi yang sama dengan R.A. Kartini yakni memperjuangkan pendidikan bagi perempuan Indonesia. Dewi Sartika dikenal sebagai penerus perjuangan R.A Kartini karena visi mereka yang sama yakni memajukan pendidikan perempuan Indonesia.
id.wikipedia.org
Dewi Sartika sendiri lahir di Bandung pada tanggal 4 Desember 1884 dan wafat pada 11 September 1947. Selama hidupnya, Dewi Sartika sangat cinta akan pendidikan dan berfokus pada pendidikan untuk wanita. Hal tersebut di tandai dengan ada beberapa sekolah yang beliau dirikan diantaranya;
  1. Sekolah Istri
  2. Sekolah Keutamaan Istri
  3. Organisasi Keutamaan Istri
  4. Sekolah Keutamaan Perempuan
  5. Sekolah Raden Dewi
Sekolah-sekolah yang didirikan oleh Dewi Sartika merupakan bentuk kecintaannya terhadap pendidikan. Menjadi wanita yang berpendidikan adalah cita-cita Dewi Sartika. Olehnya itu ia terus memperjuangkan pendidikan kaum wanita dan para istri sampai akhir hayatnya.

#5. K.H. Hasyim Asharai
Kiai Haji Hasyim Ashari adalah pejuang pendidikan yang lahir di Jombang, 14 Februari 1871. Sejak berusia 15 tahun, ia menimba ilmu di berbagai pesantren hingga pada tahun 1892 berangkat ke Mekah untuk menimba ilmu.
Instagram @fazafaw
Di Makkah, awalnya K.H. Hasjim Asy'ari belajar di bawah bimgingan Syaikh Mafudz dari Termas (Pacitan) yang merupakan ulama dari Indonesia pertama yang mengajar Sahih Bukhori di Makkah. Syaikh Mafudz adalah ahli hadis dan hal ini sangat menarik minat belajar K.H. Hasjim Asy'ari sehingga sekembalinya ke Indonesia ia sangat terkenal dalam pengajaran ilmu hadis.

Sepulangnya dari Mekah Pada tahun 1899,  K.H. Hasjim Asy'ari mendirikan Pesantren Tebu Ireng, yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20. Selain itu beliau juga mengembangkan pemikirannya dengan membentuk organisasi Nadhlatul Ulama (NU) pada tahun 1926. 

K.H. Hasyim Ashari semasa hidupnya terus memperjuangkan pendidikan Islam pada bangsa Indonesia. Bahkan diakhir hayatnya ketika ia sedang mengajar mengaji, beliau pun menghembuskan nafas terakhirnya saat sebelumnya jatuh pingsan ketika mendengar kabar jatuhnya tanah malang ke tangan penjajah.

#6. Rohana Kudus
Satu lagi pejuang wanita di bidang pendidikan adalah Rohana Kudus yang lahir di kota Gedang, Sumatera Barat pada tanggal 20 Desember 1884. Beliau adalah seorang wanita Islam yang sangat taat menjalankan ajaran agamanya, sama seperti R.A Kartini dan R.A. Dewi Sartika, dengan giat mempelopori emansipasi wanita.
id.wikipedia.org
Rohana Kudus adalah seorang pendidik wanita yang bercita-cita memperbaiki nasib kaum wanita Indonesia. Beliau juga adalah seorang wartawan wanita pertama di Indonesia, sekaligus seorang guru agama.

Tercatat dalam sejarah perjuangan Rohana Kudus sebagai berikut :

  1. Tahun 1896 saat usianya baru 12 tahun, sudah mengajar teman-teman gadis di kampungnya dalam bidang membaca dan menulis, huruf Arab dan Latin.
  2. Tahun 1905 mendidikan “Sekolah Gadis” di Kota Gedang, yang kemudian pada tahun 1911 diubah namanya menjadi “Sekolah Kerajinan Amai Satia”.
  3. Tahun 10 Juli 1912 ikut melahirkan sekaligus menjadi Pemimpin Redaksi Surat Kabar Wanita dengan nama “Soenting Melajoe” di Padang.
#7. K.H. Wahid Hasyim
K.H. Wahid Hasyim yang juga tercatat sebagai pahlawan nasional ini lahir di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 1 Juni 1914 dan wafat di Cimahi, Jawa Barat, 19 April 1953. Beliau adalah ayah dari presiden ke-4 Indonesia dan juga anak dari pendiri NU yakni K.H. Hasyim Ashari.
Saat pendudukan Jepang yaitu tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1943 beliau ditunjuk menjadi Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Selaku pemimpin Masyumi beliau merintis pembentukan Barisan Hizbullah yang membantu perjuangan umat Islam mewujudkan kemerdekaan. 

Selain terlibat dalam gerakan politik, tahun 1944 beliau mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang pengasuhannya ditangani oleh KH. A. Kahar Muzakkir. Menjelang kemerdekaan tahun 1945 ia menjadi anggota BPUPKI dan PPKI.

#8. Nyai Walidah
Nyai Walidah adalah istri dari K.H. Ahmad Dahlan. Beliau lahir di Kauman, Yogyakarta, 3 Januari 1872 dan wafat pada 31 Mei 1946. Beliau juga merupakan pejuang emansipasi wanita sama dengan R.A Kartini, Dewi Sartika dan Rohana Kudus. Beliau bersama suaminya mendidik anak-anak di kauman membaca arab dan latin. 
www.aisyiyah.or.id
Selain mengajar ilmu pengetahuan kepada anak-anak, ia pun dengan gigih memberi pendidikan kepada para wanita disekitarnya dengan tujuan mengangkat derajat wanita melalui pendidikan. Kepedulian Nyai Walidah pada pendidikan utamanya pendidikan kaum wanita tidak hanya sebatas mengajar. Sama seperti Kiai Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah, Nyai Walidah juga membentuk perkumpulan para wanita yang diberi nama Aisyiyah. 

Melalui organisasi Aisyiyah, Nyai Walidah mendirikan sekolah-sekolah putri yang lengkap dengan asramanya. Sekolah tersebut mengajarkan keaksaraan dan pendidikan Islam. Sekolah Aisyiyah dipengaruhi oleh ideologi pendidikan Ahmad Dahlan yakni Catur Pusat: pendidikan di rumah, pendidikan di sekolah, pendidikan di masyarakat, dan pendidikan di tempat-tempat ibadah.

Demikian para pejuang pendidikan nasional yang perlu kita ketahui, serta sepak terjang nya dalam memperjuangkan pendidikan bagi bangsa pribumi. Mereka adalah anak-anak bangsa yang pada masanya telah berjuang agar generasi penerus bangsa tidak lagi terbelakang. Sekarang adalah giliran "KITA" untuk turut memperjuangkan pendidikan sebagaimana mestinya dengan tetap berpegang teguh pada agama dan kebudayaan kita sebagai orang timur yang terkenal dengan kesantunannnya.

Post a Comment for "Pejuang Pendidikan Nasional Yang Wajib Diketahui"