Inilah 10 Model Pembelajaran Beserta Langkah-Langkahnya Yang Bisa Kamu Terapkan Pada Siswa Kelas Rendah
apologiku - Belajar dikelas tentunya sangat menyenangkan karena bisa bersama dengan teman dan guru yang membuat suasana riang dan gembira dalam belajar. Namun pernahkah sobat pembelajar terfikir bahwa ternyata suasana menyenangkan dalam belajar dikelas itu tak lepas dari peranan guru yang menerapkan berbagai model-model pembelajaran ? Jawabnya adalah ya, peranan guru dalam mengelola kelas, merupakan andil besar dalam pengaturan suasana belajar yang menyenangkan.
Penggunaan Model-Model Pembelajaran oleh seorang guru, merupakan inovasi yang brilian yang mampu menarik perhatian para siswa sehingga memperoleh semangat belajar yang lebih besar. Olehnya itu berikut ini admin akan berbagi beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk lebih mengaktifkan suasan belajar dikelas.
Semuanya dirangkum dalam topik "Inilah 10 Model Pembelajaran Beserta Langkah-Langkahnya Yang Bisa Kamu Terapkan Pada Siswa Kelas Rendah". Model-bodel tersebut adalah sebagai berikut :
1. PICTURE AND PICTURE
Langkah-langkah :
2. JIGSAW II (MODEL TIM AHLI)
Model Jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya pada tahun 1978 kemudian dikembangkan oleh slavin pada tahun 1986a yang disebut dengan Jigsaw II dalam bentuk yang lebih praktis dan mudah.
Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari berbentuk narasi tertulis. Pembelajaran ini sangat cocok untuk pelajaran ilmu social, literature, dan sebagian pelajaran ilmu pengetahuan alam, serta pelajaran bidang laiannya yang tujuan utamanya adalah penguasaan konsep. Pengajaran (bahan baku) untuk jigsaw II biasanya harus berupa BAB, Cerita, biografi atau materi-materi narasi lainnya.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
3. EXAMPLES NON EXAMPLES
Langkah-langkah :
4. COOPERATIVE SCRIPT
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah model pembelajar cooperative script ini antara lain :
5. MIND MAPPING
Model ini Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
6. LEARTING TOGETHER (LT)
Model pembelajaran kooperatif tipe learning together ini dikembangkan oleh David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota. Metode yang mereka teliti meliputi siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima kelompok dengan latar belakang yang berbeda mengerjakan lembar tugas, dan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. David dan Roger Johnson (dalam Slavin, 2008) menekankan pada empat unsur yaitu :
Langkah - Langkah Pembelajaran Koperatif Tipe Learning Together adalah:
7. NUMBERED HEADS TOGETHER
Sesuai dengan namanya, Number Heads Together ini memiliki empat tahap pelaksanaan untuk dapat di alikasikan dengan sempurna yaitu “penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab”. Berikut ini penjelasan ke-empat tahapan pelaksanaan model pembelajaran NHT :
8. PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning merukan sebuah model pembelajaran yang berpusat pada siswa. memposisikan siswa dengan berbagai macam masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. dengan menggunakan model pembelajaran seperti ini, siswa sedari awal di ajarkan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah seperti yang akan mereka temui di kehidupannya kedepan.
Problem Based Learning merupakan cara untuk menyajikan permasalahan sebagai titik tolak diskusi permasalahan, untuk kemudian dilakukan analisis dan di sintesis dalam kegiatan pemecahan masalah oleh peserta didik. permasalahan dapat diberikan oleh pendidik, kemudian pendidik bersama peserta didik bersama-sama untuk melakukan analisis dan memecahkan masalah tersebut.
Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan. Pembelajar pun harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk kelompok kelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang dikenal dengan proses tujuh langkah.
Adapun langkah-Langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
9. STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Model pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin ini merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi
Tipe STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi :1) Tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok
Langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD yakni
10. ARTIKULASI
Langkah-langkah :
Semuanya dirangkum dalam topik "Inilah 10 Model Pembelajaran Beserta Langkah-Langkahnya Yang Bisa Kamu Terapkan Pada Siswa Kelas Rendah". Model-bodel tersebut adalah sebagai berikut :
1. PICTURE AND PICTURE
Langkah-langkah :
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
- Menyajikan materi sebagai pengantar
- Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
- Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
- Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
- Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
- Kesimpulan/rangkuman
2. JIGSAW II (MODEL TIM AHLI)
Model Jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya pada tahun 1978 kemudian dikembangkan oleh slavin pada tahun 1986a yang disebut dengan Jigsaw II dalam bentuk yang lebih praktis dan mudah.
Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari berbentuk narasi tertulis. Pembelajaran ini sangat cocok untuk pelajaran ilmu social, literature, dan sebagian pelajaran ilmu pengetahuan alam, serta pelajaran bidang laiannya yang tujuan utamanya adalah penguasaan konsep. Pengajaran (bahan baku) untuk jigsaw II biasanya harus berupa BAB, Cerita, biografi atau materi-materi narasi lainnya.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
- Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen 4-5 siswa untuk bekerja secara tim
- Para siswa diberikan tugas untuk membaca beberapa BAB atau Unit dan diberikan Lembar Ahli yang terdiri tas topic-topik yang berbeda yang harus menjadi focus perhatin masing-masing anggota tim saat mereka membaca.
- Setelah selesi membaca, setiap siswa dari tim yang berbeda yang memiliki focus topic yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topic mereka sekitar 30 menit.
- Setelah selesai, para ahli tersebut kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topic mereka.
- Para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topic dan skor kuis akan menjadi skor tim.
- Jadwal kegiatan
- Membaca, para siswa menerima topic ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi
- Diskusi kelompok ahli, para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok ahli
- Laporan tim, para siswa kembali kepada kelompok mereka masing-masing untuk mengajari topic-topik merekan kepada teman satu tim.
- Tes, para siswa mengerjakan kuis-kuis indovidu yang mencakup semua topic
- Rekognisi tim, skor tim dihitung seperti dalam STAD
3. EXAMPLES NON EXAMPLES
Langkah-langkah :
- Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
- Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
- Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
- Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
- Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
- Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
- Kesimpulan
4. COOPERATIVE SCRIPT
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah model pembelajar cooperative script ini antara lain :
- Guru membagi siswa untuk berpasangan
- Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
- Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
- Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan juga membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
- Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
- Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
5. MIND MAPPING
Model ini Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
- Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
- Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
- Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
- Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papat dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
- Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru
6. LEARTING TOGETHER (LT)
Model pembelajaran kooperatif tipe learning together ini dikembangkan oleh David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota. Metode yang mereka teliti meliputi siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima kelompok dengan latar belakang yang berbeda mengerjakan lembar tugas, dan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. David dan Roger Johnson (dalam Slavin, 2008) menekankan pada empat unsur yaitu :
- Interaksi tatap muka : para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat sampai lima orang,
- Interdependensi positif : para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok,
- Tanggung jawab individual : para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materinya
- Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil : para siswa diajari mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka
Langkah - Langkah Pembelajaran Koperatif Tipe Learning Together adalah:
- Guru menyajikan pelajaran.
- Membentuk kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain)
- Masing-masing kelompok menerima lembar tugas dan menyelesaikannya.
- Beberapa kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.
- Pemberian pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
7. NUMBERED HEADS TOGETHER
Sesuai dengan namanya, Number Heads Together ini memiliki empat tahap pelaksanaan untuk dapat di alikasikan dengan sempurna yaitu “penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab”. Berikut ini penjelasan ke-empat tahapan pelaksanaan model pembelajaran NHT :
- Penomoran : Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5 sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
- Mengajukan Pertanyaan : Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
- Berpikir Bersama : Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masingmasing pertanyaan.
- Pemberian Jawaban : Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning merukan sebuah model pembelajaran yang berpusat pada siswa. memposisikan siswa dengan berbagai macam masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. dengan menggunakan model pembelajaran seperti ini, siswa sedari awal di ajarkan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah seperti yang akan mereka temui di kehidupannya kedepan.
Problem Based Learning merupakan cara untuk menyajikan permasalahan sebagai titik tolak diskusi permasalahan, untuk kemudian dilakukan analisis dan di sintesis dalam kegiatan pemecahan masalah oleh peserta didik. permasalahan dapat diberikan oleh pendidik, kemudian pendidik bersama peserta didik bersama-sama untuk melakukan analisis dan memecahkan masalah tersebut.
Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan. Pembelajar pun harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk kelompok kelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang dikenal dengan proses tujuh langkah.
- Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas : Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.
- Merumuskan masalah : Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu.
- Menganalisis masalah : Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan dalam tahap ini.
- Menata gagasan secara sistematis dan menganalisis : Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian dikelompokkan; mana yang paling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilahmemilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.
- Memformulasikan tujuan pembelajaran : Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat.
- Mencari informasi tambahan dari sumber lain : Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menemukan kemana hendak dicarinya.
- Mensistesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.
9. STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Model pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin ini merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi
Tipe STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi :1) Tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok
Langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD yakni
- Penyampaian Tujuan dan Motivasi : Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
- Pembagian Kelompok : Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, ras atau etnik.
- Presentasi dari guru : Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru member motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.
- Kegiatan Belajar dalam Tim (kerja Tim) : Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
- Kuis (Evaluasi) : Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.
- Penghargaan Prestasi Tim : Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100.
10. ARTIKULASI
Langkah-langkah :
- Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
- Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
- Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
- Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
- Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
- Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
- Kesimpulan/penutup
Nah, Inilah 10 Model Pembelajaran Beserta Langkah-Langkahnya Yang Bisa Kamu Terapkan Pada Siswa Kelas Rendah. Semoga bermanfaat yah sobat pembelajar. Jangan pernah lelah untuk belajar yah.
Post a Comment for "Inilah 10 Model Pembelajaran Beserta Langkah-Langkahnya Yang Bisa Kamu Terapkan Pada Siswa Kelas Rendah"