Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Implementasi Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran

Menerapkan Teori Konstruktivisme Dalam Proses Pembelajaran

Teori konstruktivisme

apologiku - Menurut Jean Piaget, Teori konstruktivisme ini memiliki konsekuensi bahwa siswa harus memiliki keterampilan untuk menyesuaikan diri. Hal itu karena menurutnya, pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan.

Teori konstruktivisme disebut juga sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, karena teori ini menekankan tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman.

Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya.

Teori ini, jika diartikan kedalam sebuah pendekatan pembelajaran, maka dapat diartikan bahwa pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan yang mengajak siswa untuk berfikir dan mengkonstruksi dalam memecahkan suatu permasalahan secara bersama-sama sehingga didapatkan suatu penyelesaian yang akurat.

Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan teori belajar dengan pendekatan konstruktivisme ada 3 hal yang harus ditekankan yaitu:
1. Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna,
2. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam mengkonstruksikan pengetahuan,
3. Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Katiga hal diatas, tentunya saling berkaitan sehingga tidak dapat dipisahkan.

Prinsip utama pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme adalah pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa dan fungsi kognitif bersifat aditif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.

Olehnya itu, dapat diketahui bersama bahwa ternyata keterlibatan anak secara aktif dalam proses belajar yang dibarengi dengan pengaitan sejumlah gagasandan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. 

Pepatah mengatakan, "Pengalaman adalah guru terbaik". Pepatah itu benar adanya karena seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu apabila setiap belajarnya didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Sedangkan pertemuan dengan orang lain itu, adalah bahagian dari pengalaman itu sendiri. Oleh karena itu, untuk mempelajari sesuatu yang baru, maka bukan tidak mungkin dibutuhkan seseorang yang nantinya akan mempengaruhi terjadinya proses belajar itu sendiri. 

Menurut Hanbury (1996: 3) ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam pendekatan belajar konstruktivisme, yaitu:
  1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri
  2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif
  3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru
  4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa
  5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka
  6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. 
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstruktivisme menitikberatkan proses belajar siswa pada pengalaman yang mereka miliki, karena dengan belajar melalui pengalaman, diharapkan dapat menjadi stimulus atas berkembangnya kreatifitas dan imajinasi siswa.




Post a Comment for "Implementasi Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran"